Selasa, 26 Maret 2013

Penelitian Mengenai Permasalahan Yang Ada Disekolah

suparjo rustam
BAB I 
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia semakin hari kualitas pendidikan semakin rendah, apalagi adanya permasalahan status RSBI/ SBI yang di pakek setiap sekolah tidak legal, artinya status sekolah tersebut belum adanya UU yang menjaminnya. Berdasarkan survey united national educational, scientific and cultural organization (UNESCO), Terhadap kualitas di negara-negaraberkembang diasia pasifik,indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangakan untuk kualitas para pendidik (guru) kualitasnya beradsda pada peringkat 14 dari 14 negara berkembang. Salah satu faktor rendahnya kualitas di indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknaya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat, dan bakat yang dimiliki para siswa-siswi. Kelemahan para pendidik di sekolah mereka tidak pernah menggali permasalahan dan potensi para siswa-siswi tersebut. Seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang menbuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses yang terbaik dalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itilah yang seharusnya dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan( masih labil). Selain kurang kreatifnya para pndidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang sentralistik membuat potret semakin buram.kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi, tidak mampunya menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salah satunya, kurikulum dibuat dijakarta dan tidak memperhatikan kondisi dimasyarakat bawah, yang selalu berubah- ubah dari dekade, seperti kurikulum KBK,KTSP, hingga kurikulum yang di kunakan pada tahun ini yaitu kulikulum tahun 2013. Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekertajaanyang tersedia sangat terbatas sekali. Kualitas pendidikan diindonesia sangat memperhatikan, berdasarkan analisis dari badan dunia (UNESCO), kualitas para guru di indonesia menempati peringkat terakhir yaitu pada rangking ke 14 dari 14 negara berkembang di asia pasifik. Posisi tersebut menempati negeri agraris ini dibawah vietnam yang negaranya baru merdeka beberapa tahun yang silam. Sedangakan untuk kemampuan membaca, indonesia berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang didunia. Lemahnya input quality, kualitas guru kita ada di peringkat 14 dari 14 negara berkembang. Ini juga kesalahan yang tidak serius untuk meningkatkan kualitas. Dari sini lah saya mencoba untuk membahas latar belakang permasalah yang ada di sekolah-sekolah. 

  BAB II 
PEMBAHASAN 
 Dari uraian di atas dilihat begitu kompleknya permasalahan dalam pendidikan yang ada diindonesia. Oleh karena itu saya membatasi beberapa masalah dalam penulisan makalah dengan “masalah-masalah pendidikan disekolah,kualitas pendidikan disekolah,dan solusi pendidikan tersebuat” 
  A. Tujuan dan Manfaat 
 1. Tujuan Sesuai dengan pembatasan permasalahan “masalah-masalah pendidikan disekolah,kualitas pendidikan disekolah,dan solusi pendidikan tersebuat” maka tujuan penulisan dalah untuk mengetahui masalah-maslah apa saja yang terjadi pada pendidikan sekolah yang bersangkutan yang dilihat dari kualitasnya semakin hari semakin menurun. 
  2. Manfaat Diharapkan mendatangakan manfaat berupa penambahan pengetahuan serta wawasan penulis kepada pembaca tentang keadaan pendidikan sekarng ini sehingga kita dapat mencari solusinya secara bersama agar pendidikan dimasa yang akan datang dapat meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 
  B. Landasan Teori 
Ki hajar dewantara, sebagai tokoh pendidikan nasional indonesia, peletak dasar yang kuat pendidikan nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut: Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti(kekuatan batin, karakter) pikiran (intelektual dan tubuh anak);daslam taman siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memanukan kesempurnaan hidup,kehidupan,dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya (ki hajar dewantara,1977:14) Dari etimologi dan analisi pengertian diatas,secara singkat dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuahan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaanjasmanidan rohani,dalam interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya. Merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Didalam proses ini keluhuran martabat manusia di pegang. 

  BAB III 
PEMBAHASAN 
A. Masalah mendasar pendidikan disekolah 
 1. Ternyata mengorbankan kebutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan prilaku belajar (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adlah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berpikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan,meragukan,menyukai,semangat dan sebagainya. 2. Sistem yang top-down atau menggunakan istilah paulo freire ( seorang tokoh pendidik dari amerika latin) adalah gaya bank. Sistem ini sangat tidak membebaskan kerena para peserta didik di anggap manusia-manusia yang tidak tau apa-apa, guru sebagai pemberi mengarahkan kepda peserta didik untuk menghafal secara mekanisme apa isi pelajaran yang diceritakan. Guru sebagia pengisi dan murid sebagai yang di isi. Jadi hubungan adalah guru sebagai subyek dan peserta didik sebagia obyek. 
B. Kualitas pendidikan di sekolah 
1. Rendahnya kualitas sarana fisik Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali bangunan gedung yang rusak sebagian, laboratorium yang kurang memadai,kamar mandi yang kotor, taman sekolah yang kurang perawatan, buku perpustakaan yang kurang memadai, media pembelajaran yang kurang updata dan pemakaian teknologi sebagai media menggali informasi luar tidak memadai. 
2. Rendahnya kualitas guru Keadaan guru di sekolah juga amat memperhatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profisionalisme yang memadai untuk menjalan tugasnya sebagaimana disebutkan dalam pasal 39 UU No 20 tahun 2003 yaitu merencanakan pembelajaran,melaksanakan pembelajaran,menilai hasil pembelajaran,melakukan pembimbingan,melakukan pelatihan,melakukan penelitian dan melakukan pengambdian masyarakat. 
3. Rendahnya kesejahteraan guru 
4. Rendahnya prestasi siswa 
5. Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
 6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan 
7. Mahalnya biaya pendidikan 
 C. Solusi pendidikan disekolah Untuk mengatasi masalah-masalah, seperi rendahnya kualitas fisik,rendahnya kualitas guru,DLL. 
1. Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem. 
2. Solusi teknis, yaitu solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkaitan langsung dengan solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem.rendahnya kualitas guru misalnya diberi solusi peningkatan kesejahteraan,juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. 

  BAB VI
 Kesimpulan 
Banyak sekali fakor yang menjadi rendahnya kualitas di sekolah.faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya kualitas guru,rendahnya sarana fisik,mahalnya biaya pendidikan rendahnya prestasi siswa,rendahnya kesejahteraan guru,rendahnya relevensi dengan kebutuhan,kurangnya pemerataan pendidikan di berbagai sektor. Namun sebenarnya yang menjadi masalah mendasari dari sekolah adalah sistem itu sendiri yang menjadi siswa sebagai obyek, sehingga manusia yang dihasilakn dari sistem ini Adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukan bersifat kritis terhadap zamannya. Maka disinilah di butuhkan kerja sama antara pemerintah pusat hinnga pemerintah bawah dan masyarakat untuk mengatasi permasalah tersebut.

Kamis, 28 Februari 2013

A. Selayang Pandang
Kabupaten Lampung Barat dikenal memiliki beberapa sungai yang berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat wisata olahraga arung jeram. Salah satunya adalah Sungai Way Besay di wilayah Kecamatan Sumber Jaya. Sungai ini memiliki panjang sekitar 113 kilometer, 7 kilometer di antaranya telah dikembangkan sebagai jalur rafting. Start point untuk jalur rafting dimulai dari Pekon Sidang Jaya hingga finish di Pekon Sukananti, Kecamatan Sumber Jaya. Waktu tempuh untuk rafting sekitar 2,5 hingga 3 jam.
Lintasan rafting Sungai Way Besay termasuk ke dalam kategori grade II dan III sehingga aman untuk diarungi. Arus sungai ini memiliki tipe cushion atau benturan air sungai dengan bebatuan yang timbul di atas permukaan sehingga gerak arus sungai menjadi berombak dan riak. Selain itu, jalur rafting di sungai ini banyak terdapat jeram panjang. Jika debit air dalam kondisi tinggi, jeram panjang tersebut dapat membuat perahu standing dan bahkan bisa terbalik. Maka, bagi para pemula, disarankan untuk lebih waspada dan menjaga keseimbangan apabila melewati jeram panjang tersebut.
Belum diketahui sejak kapan aliran Sungai Way Besay mulai dikembangkan menjadi jalur rafting. Namun yang pasti, aliran sungai ini sudah sering dimanfaatkan oleh wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berpetualang. Bahkan, pada bulan Mei 2011, Bupati Lampung Barat Drs. H. Mukhlis Basri bersama sejumlah pejabat daerah setempat pernah mencoba jalur rafting Sungai Way Besay ini.
Bupati Lampung Barat melakukan hal tersebut sebagai salah satu upaya pemerintah setempat untuk mempromosikan obyek wisata daerah Lampung Barat, khususnya olahraga arung jeram. Oleh karena itu, Bupati Drs. H. Mukhlis Basri menghimbau kepada semua pihak untuk menjaga debit air Way Besay sebagai tempat olahraga arung jeram dengan cara meningkatkan penghijauan dan tidak melakukan penebangan liar di sepanjang aliran sungai.
Pemerintah daerah setempat juga telah menyiapkan fasilitas yang memadai untuk olahraga ini, seperti perahu karet dan peralatan arung jeram. Sedangkan untuk pengelolaannya, obyek wisata yang merupakan aset milik pemda ini diserahkan kepada Kelompok Rafting Lambar bernama RAKIT. Bagi Anda yang ingin menikmati wisata petualangan Arung Jeram Way Besay dapat menghubungi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Barat yang terletak di Jalan Teratai No.3, Kompleks Perkantoran Pemda Way Mengaku Liwa via telpon di nomor 0728-21248.
B. Keistimewaan
Aliran Sungai Way Besay terbilang menantang untuk dijadikan sebagai arena memacu adrenalin. Di sepanjang jalur rafting terdapat sekitar 13 jeram yang harus diarungi. Meskipun jeram-jeram tersebut tergolong dalam kategori grade II dan III, namun sungai ini tetap menjadi tantangan tersendiri bagi Anda yang suka berpetualang karena jeram-jeram tersebut umumnya termasuk tipe jeram panjang yang cukup deras dan bertangga-tangga. Selain itu, banyaknya batu-batu besar di tengah sungai yang dapat mengakibatkan arus sungai berombak menuntut kelincahan dan kekompakan tim agar perahu tidak terbalik saat melewati jeram panjang tersebut. Menariknya, semakin dekat dengan titik finish, jeram-jeram yang ada di sungai ini semakin bagus dan menantang.
Selain tempat menguji adrenalin, Sungai Way Besay juga menawarkan pemandangan yang indah. Anda dapat menyaksikan pemandangan alam dan aneka flora dan fauna khas Lampung di sepanjang perjalanan. Selain itu, Anda juga dapat menikmati kesejukan air Sungai Way Besay yang jernih dengan berenang atau sekadar berendam setelah sampai di titik finish.
C. Lokasi
Arung Jeram Sungai Way Besay terletak di Pekon Sidang Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.
D. Akses
Kota Liwa, ibukota Kabupaten Lampung Barat dapat ditempuh melalui jalur udara dan laut dari Jakarta. Jika menggunakan jalur udara, Anda dapat menggunakan pesawat dengan tujuan Bandara Seray yang terletak di Pekon Seray, Kecamatan Pesisir Tengah. Dari bandara ini, Anda dapat menggunakan taksi menuju Kota Liwa dengan jarak tempuh sekitar 36,4 kilometer.
Jika melewati jalur laut, Anda dapat menggunakan kapal penyeberangan fery dari Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Dari Pelabuhan Bakauheni, Anda dapat menggunakan bus umum atau travel menuju Kota Liwa dengan melintasi Jalan Lintas Barat Sumatera. Dari Kota Liwa, Anda dapat melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan umum dengan jarak tempuh sekitar 60 kilometer.
E. Harga Tiket
Bagi Anda yang ingin menikmati wisata olahraga Arung Jeram di Sungai Way Besay dikenai biaya sebesar Rp. 350.000,00 untuk sekali trip. Biaya tersebut sudah termasuk semua peralatan yang diperlukan ketika melakukan arung jeram, seperti perahu karet, pelampung, dan pemandu.
F. Akomodasi dan Fasilitas
Akomodasi dan fasilitas yang terdapat di obyek wisata ini belum memadai karena wisata olahraga arum jeram di Sungai Way Besay ini belum dikembangkan secara maksimal.
 
Posted by Picasa

Sabtu, 23 Februari 2013

Pada dasarnya jurai Ulun Lampung adalah berasal dari Sekala Brak, namun dalam perkembangannya, secara umum masyarakat adat Lampung terbagi dua yaitu masyarakat adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat Adat Saibatin kental dengan nilai aristokrasinya, sedangkan Masyarakat adat Pepadun yang baru berkembang belakangan kemudian setelah seba yang dilakukan oleh orang abung ke banten lebih berkembang dengan nilai nilai demokrasinya yang berbeda dengan nilai nilai Aristokrasi yang masih dipegang teguh oleh Masyarakat Adat Saibatin.
Masyarakat lampung adat Saibatin
Masyarakat lampung Adat Saibatin mendiami wilayah adat:
    Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, empat kota ini ada di Propinsi Sumatera Selatan, Cikoneng di Pantai Banten dan bahkan Merpas di Selatan Bengkulu.
Masyarakat Adat Saibatin seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung, masing masing terdiri dari:
  • Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat)
  • Keratuan Melinting (Lampung Timur)
  • Keratuan Darah Putih (Lampung Selatan)
  • Keratuan Semaka (Tanggamus)
  • Keratuan Komering (Provinsi Sumatera Selatan)
  • Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten)
  • Masyarakat Lampung adat pepadun
    Pepadun Masyarakat beradat Pepadun atau Pedalaman terdiri dari:
      Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, Nyerupa).
    Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat:
      Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi. Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan).
    Masyarakat Tulang bawang mendiami empat wilayah adat:
      Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga. Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi).
    Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat:
      Tanjungkarang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung. Sungkay-Way Kanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur).
    Masyarakat Sungkay-Way Kanan mendiami sembilan wilayah adat:
      Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui.

    Selasa, 12 Februari 2013

    HARUS DIKETAHUI DAN DIRENUNGKAN TENTANG 'Valentine Day''

    VALENTINE DAY (HARI BERKASIH SAYANG)

    Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut 'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelusuk Indonesia bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari di mana banyak kita temui simbol-simbol atau  iklan-iklan tidak Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine. Berbagai tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel, organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang berlumba-lumba menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Dengan  dukungan(pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio mahupun televis; sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki(dihidangkan) dengan iklan-iklan Valentine Day.

    “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)

    SEJARAH VALENTINE

    Sungguh merupakan hal yang ironis apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang karena kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.

    Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya dengan penguasa Romawi pada waktu itu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.

    Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai berangsur-angsur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.

    Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis'  kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropa bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.

    Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya (jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine melalui greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.

    Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat  dengan kedok percintaan, perjodohan dan kasih sayang.

    By: Joe

    PANDANGAN ISLAM

    Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontoh begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?

    Mari kita renungkan firman Allah :“ Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)

    Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengetahui dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan, bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.

    Oleh karena itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut TAQLID. Hadits Rasulullah SAW :“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.
    Firman Allah SWT dalam Surah AL Imran(keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
     

    Sabtu, 12 Januari 2013

    GEOGRAFI DAN PEMBANGUNAN (SEBUAH ULASAN DARI BUKU “ANALYTICAL URBAN GEOGRAPHY”)



    Terkait masalah perkotaan, terdapat sebuah konsep yang dipahami mengenai evolusi sebuah perkotaan. Untuk mencapai “kota masa depan” perlu adanya sinergisitas dari sebuah sistem perkotaan. Sistem perkotaan yang dimaksud mencakup sistem kotanya dan struktur internal kota tersebut. Untuk mencapai dua hal yang saling sinergis antara sistem dan struktur yang
     terdapat di dalam sebuah kota ditunjang oleh dua hal yaitu; Intervensi Pemerintahannya dan adanya faktor luar yang mendukung. Intervensi Pemerintahan biasanya diakomodir melalui lembaga pemerintahan yang menangani masalah perkotaan, yang mencakup berbagai usaha untuk menangani interaksi antara aktivitas dari penduduk lokal dengan rencana kerja terkait perkotaan. Berhubungan dengan masalah geografi, hal ini bisa dianalogikan dengan, misalkan; pemerintah melalui departemen yang menangani masalah perkotaan menggunakan pembagian zona wilayah dan standar polusi lingkungan sebagai pertimbangan dalam pendistribusian dan pengkategorian  dari berbagai aktivitas di kawasan kota tersebut. Terkait faktor luarnya, berbagai fenomena seperti bencana alam, kebijakan sosial ekonomi dan masalah negara lain merupakan sebuah kontrol terhadap sistem perkotaan.
    Konsep perencanaan perkotaan terkesan tumpang tindih karena melibatkan wawasan teoritis yang dihubungkan dengan berbagai masalah perkotaan, seperti; fragmentasi pemerintahan, program pembaharuan kota dan kemacetan lalu lintas. Berbagai pemasalahan yang terjadi tersebut merupakan bagian dari konsep geografi perkotaan yang meliputi tiga dimensi, yaitu; pendekatan positivis, pendekatan tingkah laku, dan pendekatan strukturalis. Pada pendekatan positivis, mengacu kepada hal – hal yang berkaitan kepada ilmu pengetahuan alam dan bentuk dasar dari berbagai metode ilmiah. Sedangkan, pada pendekatan tingkah laku buka terfokus pada manifestasi spasial yang mempengaruhi karakteristik kota tersebut, tetapi lebih terkait proses yang bertanggung jawab pada karakteristik atau tingkah laku perkotaan tersebut. Pendekatan strukturalis lebih kepada bentuk peran lembaga struktural atau pemerintah kepada masalah perkotaan.
    Masalah perkotaan terkait fragmentasi pemerintahan ialah sebagai berikut:
    1. Terdapat perbedaan yang besar antara hasil sumber daya dan pengeluaran dari setiap unit pemerintahan yang berbeda di kota besar, misal; antara Jakarta Selatan dan Jakarta Utara.
    2. Pelayanan sosial, seperti fasilitas air, Rumah Sakit,  parkir, perpustakaan yang saling tumpang tindih di setiap wilayah administrasi, karena sulitnya mengkoordinasikan kebijakan dan kebutuhan wilayah masing – masing. Terkait permasalahan tersebut, perlu adanya usaha yang bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.

    Ada dua hal yang disarankan oleh Honey (1976), bahwa harus ada upaya bersama yang sinergis antara pemerintahan pusat maupun wilayah administrasinya. Dari sisi pemerintahan pusat kota yaitu:

    • pemerintahan pusat seharusnya melanjutkan dan meningkatkan usaha pemberdayaan sumber daya di pemerintahan wilayah administrasi untuk menunjang pendapatan pemerintahan pusat kota.
    • membagi pendapatan  tersebut untuk kota metropolitan, 
    • ialah membantu dan mengembangkan berbagai sektor kuat di daerah metropolitan, dan 
    • ialah, membentuk kebijakan ‘national land’ untuk mencegah penggabungan individu area metropolitan.

    Upaya yang harus dilakukan oleh pemerintahan wilayah administrasi, menurut Honey (1976) ialah:
    1. memberikan bantuan keuangan untuk pemerintahan kota metropolitan.
    2. membuat bentuk partisipasi pemerintahan local pada rencana kerjanya.
    3. membuat prosedur terkait amalgamasi, inkorporasi dan aneksasi area perkotaan,
    4. ialah bekerja sama secara kelembagaan dan membuat perencanaan mengenai area kota metropolitan.

    Seiring dengen peningkatan arus modenisasi dan perkembangan zaman terdapat berbagai hal yang terkait dengan masalah sosial lingkungan yang terjadi di kawasan perkotaan, antara lain, persebaran penduduk dan asimilasi penduduk. Terkait dengan isu sosial lingkungan tersebut bisa dianalisis melalui dua metode analisis, yaitu; analisis area sosial dan faktor ekologi. Pada metode analisis area sosial, dampak dari peningkatan arus modernisasi dan perkembangan zaman ini terkait dengan pertumbuhan lingkungan industri. Manusia secara berangsur – angsur mandiri secara kehidupan ekonomi dengan adanya spesialisasi pada pekerjaannya dan perkembangan teknologi transportasi yang mempengaruhi perubahan pola baru pada kehidupan sosial masyarakat. Pola baru tersebut menyebabkan diferensiasi sosial.

    Diferensiasi sosial pada masyarakat perkotaan disebabkan oleh tiga hal,yaitu;
    • status ekonomi, dengan meningkatnya status  tingkat pekerjaan, maka status pekerjaan pun menjadi berkembang, sehingga menimbulkan stratifikasi sosial pada masyarakat.
    •  Status Keluarga, makna keluarga menjadi tidak begitu penting dibandingkan dengan usaha dalam peningkatan tingkat ekonomi keluarga,
    • Etnis, perkembangan teknologi transportasi menghasilkan mobilitas yang tinggi, dan kebebasan masyarakatnya untuk memilih dimana akan tinggal di kawasan perkotaan tersebut sehingga mempengaruhi persebaran populasi masyarakat menurut etnis dan kelompok ras.

    Menurut metode faktor ekologi, diferensiasi sosial masyarakat perkotaan berhubungan dengan pola spasial. Pola spasial tersebut terbagi menjadi tiga faktor yang mempengaruhi, yaitu;
    1. Status Sosial ekonomi, dari hasil sensus penduduk, masyarakat terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok masyarakat dengan status sosial ekonomi yang tinggi dari segi pendapatan dan pendidikan maupun masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah.
    2. Status Keluarga, pengkategoriannya ialah keluarga kecil, keluarga ‘single-person’, keluarga besar.
    3. Status Etnis membentuk sebuah ‘cluster‘, sesuai dengan kelompok etnisnya menurut negara , maupun pulau. Dari setiap faktor tersebut membentuk sebuah mozaik perkotaan. Setiap bagian mozaik menggambarkan karakteristik setiap wilayah.

    Pola mobilitas masyarakat perkotaan bisa dikategorikan menjadi dua hal, yaitu; pola jangka panjang dan pola jangka pendek (harian). Di masyarakat perkotaan, pola yang terjadi seringkali merupakan pola mobilitas masyarakat harian karena masyarakat perkotaan memiliki mobilitas yang sangat tinggi. Mobilitas penduduk harian masyarakat perkotaan bisa dijelaskan dengan beberapa faktor; yaitu,
    • lokasi pekerjaannya, seringkali pekerja di kota besar bukan merupakan penduduk kota tersebut, bisa jadi ia tinggal di wilayah sekitar perkotaan (misal; jika mengambil contoh kota besarnya Jakarta, ia tinggal di depok); 
    • Perjalanannya, mobilitas penduduk perkotaan seringkali mempertimbangkan faktor jarak tempuh, biaya perjalanan, dan lama waktu tempuh; 
    • Transportasi pribadi, penduduk perkotaan yang memiliki kendaraan pribadi mempertimbangkan fasilitas parkir di dekat tempat bekerjanya, serta biaya parkirnya.
    • Transportasi publik, di daerah perkotaan banyak terdapat alat transportasi publik adalah sesuatu yang sudah harus ada untuk menunjang mobilitas penduduknya yang tinggi, 
    • Status Sosial Ekonomi, tingkat sosial ekonomi mempengaruhi penggunaan pola transportasi yang dipakai oleh masing – masing penduduk, untuk masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi tinggi cenderung menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah yang cenderung menggunakan fasilitas transportasi publik, seperti; bus, kereta api listrik, ojek dan lain – lain.
    Berbeda dengan mobilitas harian, banyak hal yang mempengaruhi penduduk untuk melakukan mobilitas jangka panjang (menetap). Diantaranya, mengenai tingkat stress penduduk. Umumnya di daerah perkotaan cenderung memiliki tingkat stress yang tinggi karena adanya tuntutan ekonomi dan spesialisasi pekerjaan yang semakin rumit. Hal ini menyebabkan penduduk ingin mencari tempat tinggal yang nyaman. Selain itu mereka juga butuh fasilitas rekreasi untuk menghilangkan rasa stress yang dirasakan, maka tidak mengherankan jika setiap akhir pekan masyarakat perkotaan memenuhi daerah pinggiran ataupun daerah desa untuk melepaskan rasa stress di hari kerja.
    Selain itu keputusan melakukan mobilitas penduduk ialah dari segi lingkup lokasi serta fasilitas yang ada. Lokasi yang strategis dengan fasilitas yang lengkap cenderung akan banyak dipilih sebagai tempat tinggal, karena karakteristik penduduk perkotaan yang memiliki mobilitas tinggi, sehingga pola pikir mereka terbiasa dengan hal – hal yang instan. Berbagai kemudahan yang ada di suatu wilayah merupakan daya tarik tersendiri bagi mereka. Jenis orang – orang yang tinggal disana pun menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam melakukan mobilitas. Penduduk perkotaan cenderung memilih wilayah yang tipe kelompoknya sama dengan diri/ keluarganya. Hal tersebut memudahkan mereka dalam beradaptasi dan melakukan segala aktivitas mereka nantinya.